Flu Babi Membabibuta
Belakangan
ini santer terdengar pemberitaan di berbagai media masa tentang virus flu babi.
Pada awalnya pemberitaan yang muncul adalah adanya kematian warga Meksiko yang
disebabkan oleh virus itu. Dan lambat laun merambat ke wilayah Asia tenggara,
seperti Hongkong misalnya.
Pola
penularan virus yang langsung dari manusia ke manusia itu, rupanya membawa
ketakutan tersendiri bagi warga seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan pada
15 Mei lalu ada seorang warga suspect flu babi yang di rawat di RS Hasan
Sadikin, Bandung.
Alat
pengukur suhu badan diletakkan di bandara-bandara, untuk mendeteksi adanya
kemnaikan suhu pada setiap orang, yang datang dari luar negri terutama dari
daerah Eropa dan Amerika. Dan dikhawatirkan virus itu masuk ke Indonesia, sebab
jika virus itu telah masuk ke Indonesia maka menurut Dr Drh C.A. Nidom, pakar
flu burung FKH Unair,”we can not do nathing(red, kita tidak bisa berbuat
apapun),”cemasnya, sambil mengutip pesan pendek yang diterimanya dari salah
satu pakar flu burung di laur negri.
Sebab,
lanjut Nidom,Jika virus flu babi benar-benar masuk ke Indonesia, tindakan
penyembuhan bagi penderita akan sulit dilakukan. Memang lanjutnya, ada vaksin
dan obat virus untuk manusia. Amantadin, misalnya.
“Tapi,
vaksin dan obat itu tidak dapat banyak membantu. Sebab, keduanya cenderung
bekerja pada kapsul virus. Bagian dalam virus tetap tak bisa dilawan,”
terangnya.
Nidom
bercerita bahwa adanya virus flu babi sudah terbaca sejak empat tahun lalu,
saat dirinya meneliti flu burung pada babi di Tangerang. Ketika itu penelitian
yang dilakukan ternyata pada tubuh babi positif mengandung virus flu burung.
“Saat
itu, banyak yang memprotes dengan apa yang saya lakukan. Sebab, bagi sebagian
besar masyarakat di negeri ini, hewan itu kan diharamkan,” kata Nidom.
Menurut
dia, persoalannya bukan haram tidaknya hewan tersebut. Melainkan, kemampuan
hewan itu dalam mencampur berbagai agen penyakit, yang nantinya membahayakan
manusia. Sebab, menurutnya struktur sel pada babi sangat unik, dan kemungkinan
untuk keluarnya varian virus baru dari hasil pencampuran itu sangat mungkin terjadi.
Penelitili
di Avian Influenza Laboratory Unair itu lebih lanjut menjelaskan, virus flu
babi yang menyerang manusia di Meksiko sebetulnya disebabkan virus swine
influenza (virus yang menyebabkan timbulnya penyakit flu yang biasa
menyerang babi). Virus itu mempunyai struktur sel bagian luar berupa H1N1,
yakni struktur sel sama pada flu yang terjadi pada manusia.
“Karena
struktur yang sama itu, penularan dari manusia ke babi atau dari babi ke
manusia mungkin terjadi. Namun,Virus yang menyerang manusia itu memang betul
dari babi (swine influenza), dan belum ditemukan penulularan dari
manusia ke babi” terang wakil dekan III FKH Uniar itu.
Disisi
lain, lanjut Nidom, struktur sel bagian dalam virus itu termasuk dalam struktur
golongan virus flu burung pada manusia dan unggas. ”Tapi bukan tipe H5N1.
Sebab, setahu saya, Meksiko tidak terinfeksi virus tipe itu,” terang pria
kelahiran Pasuruan tersebut.
Oleh
karena itu, pakar flu burung yang lebih pas menyebut virus itu dengan virus flu
babi tipe H1N1 varian Meksiko itu menyarankan pada pemerintah untuk memperketat
karantina, baik hewan maupun manusia. Pemerintah mestinya juga menghentikan
sementara lalu lintas bahan bilogis yang berasal dari Meksiko, termasuk vaksin.
Yang
lebih berbahaya adalah ada pembawa penyakit (carrier). Sebab, carrier
seringkali tidak menunjukkan gejala sakit, namun bisa menulrakan penyakit ke
orang lain. ”Cairrier itu terjadi jika ketahanan tubuh penderita lebih
kuat,dari serangan virus yang ada” jelasnya.
Sebagai
langkah pencegahan, lanjut dia, tiap warga negara yang datang dari Eropa dan
Amerika harus menjalani pemeriksaan dulu, baik di bandara maupun pelabuhan.
Nidom
juga menyoroti surveilance penyakit pada manusia dan bintang, yang belum
dilakukan pemerintah.” Padahal, dengan adanya surveilance itu, daerah
mana atau siapa saja yang beresiko terkena penyakit akan mudah diketahui.
Dengan demikian, pengendalian penyakit akan lebih mudah,” tuturnya.
Yang
tak kalah pentingnya, kata dia, adalah restrukturisasi peternakan.
Pemerintah, kata dia, harus tegas menetapkan daerah mana saja yang menjadi
peternakan babi, ayam, sapi, dan hewan lain. ”Sekarang kan masih seperti kebun
binatang,” kelakarnya.
Dengan restrukturisasi
itu, pencampuran peternakan babi dan peternakan lain tidak akan terjadi.
Penularan penyakit dari satu jenis hewan ke jenis hewan lain juga tidak akan
terjadi.
Selain
itu, masyarakat seharusnya tidak menyepelekan penyakit flu yang terkadang
menyerang. Masyarakat seharusnya segera memeriksakan penyakitnya pada petugas
kesehatan setempat.”kalau perlu diambil sampelnya untuk diperiksa di lab,”
tandas Nidom. Yafi, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar