post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Jumat, 30 Mei 2014

PI-Flu Babi

Flu Babi Membabibuta

Belakangan ini santer terdengar pemberitaan di berbagai media masa tentang virus flu babi. Pada awalnya pemberitaan yang muncul adalah adanya kematian warga Meksiko yang disebabkan oleh virus itu. Dan lambat laun merambat ke wilayah Asia tenggara, seperti Hongkong misalnya.
Pola penularan virus yang langsung dari manusia ke manusia itu, rupanya membawa ketakutan tersendiri bagi warga seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan pada 15 Mei lalu ada seorang warga suspect flu babi yang di rawat di RS Hasan Sadikin, Bandung.
Alat pengukur suhu badan diletakkan di bandara-bandara, untuk mendeteksi adanya kemnaikan suhu pada setiap orang, yang datang dari luar negri terutama dari daerah Eropa dan Amerika. Dan dikhawatirkan virus itu masuk ke Indonesia, sebab jika virus itu telah masuk ke Indonesia maka menurut Dr Drh C.A. Nidom, pakar flu burung FKH Unair,”we can not do nathing(red, kita tidak bisa berbuat apapun),”cemasnya, sambil mengutip pesan pendek yang diterimanya dari salah satu pakar flu burung di laur negri.
Sebab, lanjut Nidom,Jika virus flu babi benar-benar masuk ke Indonesia, tindakan penyembuhan bagi penderita akan sulit dilakukan. Memang lanjutnya, ada vaksin dan obat virus untuk manusia. Amantadin, misalnya.
“Tapi, vaksin dan obat itu tidak dapat banyak membantu. Sebab, keduanya cenderung bekerja pada kapsul virus. Bagian dalam virus tetap tak bisa dilawan,” terangnya.
Nidom bercerita bahwa adanya virus flu babi sudah terbaca sejak empat tahun lalu, saat dirinya meneliti flu burung pada babi di Tangerang. Ketika itu penelitian yang dilakukan ternyata pada tubuh babi positif mengandung virus flu burung.
“Saat itu, banyak yang memprotes dengan apa yang saya lakukan. Sebab, bagi sebagian besar masyarakat di negeri ini, hewan itu kan diharamkan,” kata Nidom.
Menurut dia, persoalannya bukan haram tidaknya hewan tersebut. Melainkan, kemampuan hewan itu dalam mencampur berbagai agen penyakit, yang nantinya membahayakan manusia. Sebab, menurutnya struktur sel pada babi sangat unik, dan kemungkinan untuk keluarnya varian virus baru dari hasil pencampuran itu sangat mungkin terjadi.
Penelitili di Avian Influenza Laboratory Unair itu lebih lanjut menjelaskan, virus flu babi yang menyerang manusia di Meksiko sebetulnya disebabkan virus swine influenza (virus yang menyebabkan timbulnya penyakit flu yang biasa menyerang babi). Virus itu mempunyai struktur sel bagian luar berupa H1N1, yakni struktur sel sama pada flu yang terjadi pada manusia.
“Karena struktur yang sama itu, penularan dari manusia ke babi atau dari babi ke manusia mungkin terjadi. Namun,Virus yang menyerang manusia itu memang betul dari babi (swine influenza), dan belum ditemukan penulularan dari manusia ke babi” terang wakil dekan III FKH Uniar itu.
Disisi lain, lanjut Nidom, struktur sel bagian dalam virus itu termasuk dalam struktur golongan virus flu burung pada manusia dan unggas. ”Tapi bukan tipe H5N1. Sebab, setahu saya, Meksiko tidak terinfeksi virus tipe itu,” terang pria kelahiran Pasuruan tersebut.
Oleh karena itu, pakar flu burung yang lebih pas menyebut virus itu dengan virus flu babi tipe H1N1 varian Meksiko itu menyarankan pada pemerintah untuk memperketat karantina, baik hewan maupun manusia. Pemerintah mestinya juga menghentikan sementara lalu lintas bahan bilogis yang berasal dari Meksiko, termasuk vaksin.
Yang lebih berbahaya adalah ada pembawa penyakit (carrier). Sebab, carrier seringkali tidak menunjukkan gejala sakit, namun bisa menulrakan penyakit ke orang lain. ”Cairrier itu terjadi jika ketahanan tubuh penderita lebih kuat,dari serangan virus yang ada” jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan, lanjut dia, tiap warga negara yang datang dari Eropa dan Amerika harus menjalani pemeriksaan dulu, baik di bandara maupun pelabuhan.
Nidom juga menyoroti surveilance penyakit pada manusia dan bintang, yang belum dilakukan pemerintah.” Padahal, dengan adanya surveilance itu, daerah mana atau siapa saja yang beresiko terkena penyakit akan mudah diketahui. Dengan demikian, pengendalian penyakit akan lebih mudah,” tuturnya.
Yang tak kalah pentingnya, kata dia, adalah restrukturisasi peternakan. Pemerintah, kata dia, harus tegas menetapkan daerah mana saja yang menjadi peternakan babi, ayam, sapi, dan hewan lain. ”Sekarang kan masih seperti kebun binatang,” kelakarnya.
Dengan restrukturisasi itu, pencampuran peternakan babi dan peternakan lain tidak akan terjadi. Penularan penyakit dari satu jenis hewan ke jenis hewan lain juga tidak akan terjadi.

Selain itu, masyarakat seharusnya tidak menyepelekan penyakit flu yang terkadang menyerang. Masyarakat seharusnya segera memeriksakan penyakitnya pada petugas kesehatan setempat.”kalau perlu diambil sampelnya untuk diperiksa di lab,” tandas Nidom. Yafi, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar